Kota Padang Panjang Siap Gelar Festival Martabat Basa Gadang (MBG) Agustus Mendatang: Ajang Budaya dan Ekonomi Kreatif Terbesar se-Sumatera Barat
Pemerintah Kota Padang Panjang resmi akan menyelenggarakan Festival Martabat Basa Gadang (MBG) pada Agustus 2024 mendatang. Event budaya tahunan ini diproyeksikan menjadi yang terbesar se-Sumatera Barat, menggabungkan seni tradisi Minangkabau dengan geliat ekonomi kreatif kontemporer.
Mengulik Konsep Martabat Basa Gadang 2024
Festival MBG tahun ini mengusung tema “Basa Nan Bana, Budaya Nan Kaya” (Bahasa yang Hakiki, Budaya yang Kaya) dengan beberapa inovasi baru:
1. Skala yang Lebih Besar
-
Durasi diperpanjang dari 3 menjadi 7 hari
-
5 venue utama tersebar di pusat kota
-
Partisipasi 17 nagari se-Kota Padang Panjang
2. Ragam Aktivitas Unggulan:
-
Lomba Adat Basa: Kompetisi berbahasa Minang tingkat nasional
-
Pameran Kriya Tradisional: 150 stan produk UMKM lokal
-
Pagelaran Seni Kolosal: 500 penari tradisional
-
Kongres Bahasa Minangkabau: Pertemuan ahli bahasa se-Asia Tenggara
Target dan Ekspektasi
Walikota Padang Panjang, H. Fadly Amran, BBA., menyampaikan target ambisius:
-
50.000 pengunjung selama seminggu
-
Transaksi ekonomi kreatif Rp5 miliar
-
1.000 pelaku UMKM terlibat
-
Dokumentasi 100 karya sastra lisan Minang
“MBG bukan sekadar festival, tapi gerakan pelestarian budaya sekaligus pengungkit ekonomi kreatif,” tegas Fadly dalam konferensi pers.

Baca juga: Harga Rp189 Jutaan, Mitsubishi Expander Mirip Pajero Sport
Persiapan Intensif Menuju Hari-H MBG
Berbagai persiapan telah dimulai sejak dini:
1. Tim Khusus
-
15 sub-panitia bekerja sejak April 2024
-
Melibatkan akademisi, seniman, dan penggiat budaya
2. Anggaran
-
APBD Kota Rp3,5 miliar
-
Sponsor korporasi Rp2 miliar
-
Dana CSR BUMN Rp1,5 miliar
3. Infrastruktur Pendukung
-
Revitalisasi Lapangan Kantin
-
Penyiapan 5 panggung permanen
-
Pemasangan wifi gratis di area festival
Dampak Ekonomi yang Diharapkan
Kepala Dinas Pariwisata Eri Surya mengungkapkan analisis dampak:
-
Penyediaan 3.000 lapangan kerja sementara
-
Peningkatan okupansi hotel hingga 90%
-
Promosi produk lokal ke pasar nasional
-
Nilai ekonomi berputar diperkirakan Rp15 miliar
Antusiasme Pelaku Budaya dan UMKM dalam MBG
Beberapa testimoni peserta:
-
Ayu Permata Sari (Pengrajin Songket): “Ini kesempatan emas memperkenalkan motif tradisi kami”
-
H. Syafruddin (Ketua LKAAM): “Generasi muda bisa belajar langsung kekayaan bahasa Minang”
-
Kelompok Tari Siginjai: Sudah latihan rutin 3 bulan untuk penampilan spesial
Inovasi Digital dalam MBG 2024
Untuk menjangkau audiens lebih luas:
-
Siaran Langsung 24 jam via YouTube
-
Aplikasi Khusus dengan fitur AR untuk mengenal budaya Minang
-
Kompetisi Konten Kreatif hadiah total Rp100 juta
-
Pameran Virtual produk UMKM
Dukungan Pemerintah Pusat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan:
-
Masukkan MBG dalam kalender event nasional
-
Alokasi dana hibah Rp1 miliar
-
Dukungan promosi melalui jaringan kedutaan
Tantangan dan Strategi Mengatasinya
Beberapa kendala yang diantisipasi:
-
Cuaca:
-
Penyiapan tenda besar anti hujan
-
Jadwal cadangan untuk acara outdoor
-
-
Keamanan:
-
500 personel gabungan akan diterjunkan
-
Sistem tiket elektronik untuk pengendalian massa
-
-
Aksesibilitas:
-
Shuttle bus gratis dari kota tetangga
-
Parkir terpadu di 3 titik
-
Jadwal Puncak Acara MBG
Tanggal-tanggal penting yang tidak boleh dilewatkan:
-
17 Agustus: Pembukaan spektakuler dengan parade budaya
-
20 Agustus: Final Lomba Adat Basa tingkat nasional
-
23 Agustus: Malam puncak dengan pertunjukan kolosal
-
24 Agustus: Penutupan dengan lelang karya seni
Kesimpulan: Membangun Martabat Melalui Budaya
Festival MBG 2024 bukan sekadar acara tahunan biasa, melainkan:
-
Bentuk nyata pelestarian warisan luhur Minangkabau
-
Wadah aktualisasi kreativitas generasi muda
-
Mesin penggerak ekonomi lokal pasca pandemi
-
Diplomasi budaya Sumatera Barat di kancah nasional
Seperti pepatah Minang “Alam takambang jadi guru”, event ini menjadi medium pembelajaran hidup yang menyenangkan. Masyarakat diimbau untuk berpartisipasi aktif menjadikan MBG 2024 sebagai tonggak kebangkitan budaya Minangkabau di era digital.